Pabrikan Motor Balap Tanah Air

Dunia balap motor tanah air kini kian ramai sekali,saat ini masing-masing pabrikan telah meriset motor balapnya untuk bersaing dengan pabrikan-pabrikan lain untuk mendapatkan prestasi yang baik di tanah air dan internasional.

Disini terdapat kumpulan motor balap dari masing-masing pabrikan tanah air :

19,5 DK Jawara IP 125
2009-04-01 00:58:31

1778honda-axl-1.jpgRey Ratukore dari tim BRT Indoparts KBC, podium satu IndoPrix bebek 4-tak 110 cc (IP1), Minggu lalu di Sentul. Honda Supra X 125 yang digebernya melejit didukung ilmu porting dan riset menggunakan flowbench. Itu lho alat untuk mengukur debit gas bakar di lubang isap dan buang.

Untuk bermain di Sentul butuh power maksimum. Secara ilmu porting, jika butuh power gede lubang isap dan buang tinggal dibikin sebesar-besarnya. “Namun risikonya power band berada di rpm atas,” buka Tomy Huang, bos Bintang Racing Team.1779honda-istimewa-2.jpg

Menurut Mr. Tomy, tidak masalah power gede di gasingan atas lantaran trek Sentul panjang. Dipilih menggunakan klep isap 28 mm diikuti diameter lubang inlet 27 mm. Angka ini lumayan gede, jika untuk pasar senggol lubang inlet hanya 25 mm supaya torsi gede.

Selain mematok lubang inlet 27 mm, juga menggeser posisi lubang asal. Lebih mendekati tutup klep 5 mm ini supaya lekukan lubang inlet lebih landai. Hasilnya, diukur menggunakan flowbench, debit gas bakar mencapai 73,5 cfm (cubic feet per minute). Dengan efisiensi volumetrik mencapai 80%. “Gas speed atau flow mencapai 100 m/det,” tutur Tomy yang belajar ilmu korek dari Australia itu.

1780honda-istimewa-3.jpgMengail cfm gede, memaksa lubang isap dan buang digedein. Untuk itu lubang buang harus dibuat gede juga. “Meski menggunakan klep exhaust 23 mm, lubang buangya dibikin 24 mm,” tutur Tomy yang berkacamata itu.

Lubang ex gede agar cepat memuntahkan gas bakar. Namun harus dicarikan knalpot yang punya diameter leher gede. “Cocok pakai pipa buang AHRS F3 Series terbaru. Sebab diameter lubang dalamnya 24 mm,” tutur Tomy yang aslinya insinyur elektronik itu.1781honda-istimewa-4.jpg

Untuk menghasilkan cfm gede, selain didukung knalpot, juga harus mengatur ulang posisi lubang buang. Digeser mendekati tutup klep. Untuk itu lubang lama ditambal dulu menggunakan las argon dan dibuat lubang baru.

Hasilnya lumayan bagus. Diukur menggunakan dynotest, Supra X 125 pacuan Rey mencapai 19,5 dk pada gasingan 13.000 rpm untuk trek Sentul. Jika bermaian di trek dadakan yang pendek-pendek hanya 18,5 dk pada 12.200 rpm.

Tenaga 19,5 dk hanya dikail lewat kompresi rendah. Untuk komponen Honda cukup 13,5 : 1. Pakai Honda memang harus mengalah kompresi rendah lantaran demi ketahanan motor. Padahal motor pesaing macam Suzuki dan Yamaha bisa 14 : 1 atau lebih.

KAMPAS KOPLING 5 LAPIS


Tenaga besar juga perlu didongkrak lewat kampas kopling. Dibikin agar tidak selip. Untuk itu harus dibuat berlapis banyak. “Asalnya 4 lapis, sekarang jadi 5 lembar,” tutur Tomy Huang yang juga memproduksi kampas kopling merek BRT itu.

Pasang 5 lapis tidak bisa langsung plek, tapi harus dimodifikasi. Asalnya tebal kampas kopling 1,4 mm dan pelat 1,3 mm, total tebalnya 2,7 mm. Jika dikalikan 4 lapis jadinya 10,8 mm.

Nah, setelah dibikin 5 keping kudu ditipiskan. Kampas kopling dikikis jadi 1,1 mm dan pelat kopling 1,1 mm juga, totalnya 2,2 mm. Jika pakai 5 lembar jadi 11 mm. Masih bisa masuk di rumah kopling.
Berdasarkan uji gesekan, mampu mengurangi gejala selip sampai 10%. “Dan setelah uji dynotest, tenaga mesin naik 0,5 dk,” tutur Tomy Huang.

DICOACHING BIMA OCTA


Rey Ratukore asal Kupang Nusa Tenggara Timur. Punya karakter geber abis. Namun pada seri 1 IndoPrix lalu dikasih warning. Sebagai mentornya Bima Octavianus alias Mamat, pembalap Tunas Jaya BRT Federal Oil.

Oleh Bima diberi pengarahan, agar Rey bermain aman demi ketahanan mesin. Makanya pada race 2, Rey bermain slow dan hanya mengikuti lawan. Tapi, begitu last lap dan masuk tikungan terakhir, langsung geber abis. Terbukti tidak terkejar lawan.

Besoknya atau setelah balap, Supra X 125 yang berbaju Revo itu naik dynotest lagi. Tenaga masih 19,5 dk. Berarti endurancenya memang bagus.

DATA MODIFIKASI

Kepala silinder : Papas 0,5 mm
Diameter seher : 53,4 mm
Lift kem : 9 mm
Per klep : AHRS Jepang
Durasi in/ex : 270
CDI : BRT i-Max 20 Step
Karburator : PE 28
Nozel : PWK
Spuyer : 42/115



Kembali ke Komponen Lokal
2009-04-15 18:14:25

1885kanzen-axl-1.jpgTahun lalu Kanzen Ultima yang dipakai tim Kanzen Racing Team (KRT) mengandalkan pengapian luar negeri. Hasilnya memang memuaskan. Beberapa gelaran MotoPrix 2008 dan kejurda Gudang Garam sanggup mengimbangi kekuatan produk Jepun. Tahun ini bergeser ke produk lokal. Tapi hasilnya belum ketahuan. Lho kok jadi gitu?

KRT menyimpan pengapian luar ne-geri dari teknologi dua langkah special engine (SE). CDI-nya berlabel Vortex. Magnet dan sepul diambil dari Yamaha YZ80. “Ini riset tahap awal. Dari situ dievaluasi, hasilnya memilih produk lokal,” bilang Adriansyah, kepala mekanik KRT, Jakarta Timur.1886kanzen_gt_2.jpg

CDI Vortex diakui banyak tunner punya hasil akurat. Sensor kelistrikan akan sama hasilnya antara pemasukan dan pengeluaran. Artinya, akurasi hasil jadi jaminan mutu. “Sayangnya masih single map. Enggak punya pilihan kalau disetting,” beber Adri, sapaan akrab Adriansyah, yang juga pemilik Adri Speedshop itu.

Belum lagi magnet dan sepul YZ80 yang pastinya untuk mesin 2-tak SE. Secara teknis, Vortex cocok dipadu magnet dan sepul YZ80. “Sayang, daya tahan mesin gampang turun. Memang, buat trek dadakan tenaga motor lebih cepat keluar cuma risikonya usia mesin,” ulas Adri yang wong Plembang itu.

1887hal6_kanzen_gt_3.jpgPantas aja mesin nggak tahan. Pe-ngapian SE pastinya punya karakter berbeda. Output memang sip, tapi usia mesin jadi korban. Siap-siap aja sedikit salah seting biaya komponen melonjak.

Lagian juga material mesin SE memang spesial. Persis martabak spesial yang telornya minimal 3 butir. Wah, kok jadi ngomongan martabak.

Tahun ini KRT melupakan martabak spesial produk luar negeri. CDI lokal berlabel Rextor jenis Pro Drag dijajal. Lagian, teknologi Rextor Pro Drag sudah multi map. Magnet standar dibubut sampai kitiran lebih ringan. “Mesin lebih awet. Pilihan grafik bisa lebih banyak,” bilang Adri yang tahun ini mengandalkan pembalap Sule Sulaeman dan Arya Dwi Mahendra. Hasilnya?

KEM ASLI ULTIMA
1888hal6_kanzen_gt_4.jpg
Di 2008 riset dimulai noken-as Yamaha Jupiter-Z. Lantaran, data yang tersedia sudah ada lebih dulu di tangan Adriansyah untuk noken-as Jupiter-Z.

Jupiter-Z punya karakter dengan perbandingan 1:1,3. Kalau dihitung tinggi kem dibagi pinggang noken-as, hasil angkatan klep bisa selisih lebih tinggi 1,3 mm. Sedangkan punya Kanzen 1:1 kalau ukuran tinggi noken-as dibagi pinggang kem.

“Lift klep bisa lebih tinggi, tapi pengerjaan pakai noken-as Jupiter-Z lebih banyak dan makan biaya. Pakai kem Ultima asli lebih hemat,” bilang Adriansyah.

Adri pakai camshaft asli Ultima karena riset durasi kem sudah ketemu. Setiap pergeseran noken-as sudah ketahuan karakternya. “Paling yang boros per klep karena klep dipaksa lebih menekan supaya angkatan klep lebih tinggi,” tutup Adri.

DATA MODIFIKASI

Ban depan : IRC 90/80-17
Ban belakang : IRC 80/90-17
Sokbreker belakang : YSS
Knalpot : Ahau



19,1 Dk Cukup Untuk Sepang
2009-04-24 18:17:10

1932hal6_blitz_01.jpgCoba berkiprah di FIM Asian Grand Prix alias Asian GP membuat persiapan Ibnu Sambodo beda. Kepala mekanik tim Kawasaki Elf IRC NHK Rextor M-Tech ini kudu persiapkan mesin sesuai regulasi Asian GP. Diakui, mesin Blitz besutan Hadi Wijaya yang akan turun di underbone 110 cc nanti spec-down dari modifikasi di kejurnas atau IndoPrix (IP).1933hal6_blitz_ajie_02.jpg

“Walau spec-down, mesin ini lebih bagus dari yang dipakai di IP Seri 1 Sentul. Insya Allah dengan dukungan kerja dan doa, memberi yang terbaik buat Merah-Putih sampai finish. Patokan saya dari hasil dynotest. Didapat 19,1 dk untuk Sepang,” tegas Ibnu yang akan ditemani dua mekanik lain dari timnya.

1934hal6_blitz_ajie_03.jpgRegulasi Asian GP mewajibkan, kapasitas mesin 115 cc. Aturan ini mirip kejurnas. Tapi, Blitz cuma bisa 113,3 cc. Sebab diameter piston yang dipunya Ibnu hanya 53,4 mm. “Maksimal berdasarkan regulasi 53,75 mm. Kalau kita punya piston segitu, bisa nambah power 1 persen lagi dari yang ada sekarang,” jelas Ibnu.
1935hal6_blitz_ajie_04.jpg
Untuk klep, aturannya sama, maksimal 29 mm. Tapi Ibnu pake klep isap 28 mm, dan katup buang 23,6 mm. Klep ini hasil modifikasi Ibnu, bukan barang luar negeri. Karena ia berjanji takkan sekalipun pakai komponen luar negeri. Kecuali untuk part yang tak bisa dimodifikasi sendiri.

Sejatinya ukuran klep itu tidak ideal. Tapi, terpaksa karena bore piston Blitz tak cukup untuk lebar klep maksimal. “Kalau dipaksakan banyakan ruginya. Sebagai catatan, klep 28 mm nyaris mendekati kebutuhan ideal mesin 115 cc,” tambah Ibnu.

1936hal6_blitz_ajie_05.jpgPerbandingan kompresi untuk mesin berbahan bakar Pertamax Plus atau Petronas, cukup 12 : 1. Kalo di kejurnas pake Elf, 12,6 : 1. Kata Ibnu, penurunan kompresi ini juga nurunin power. Sebab, dengan spek kejurnas, estimasi Ibnu, Blitz bisa mencapai 21 dk.
1937hal6_blitz_ajie_06.jpg
Kem selalu jadi bagian menarik. Apalagi jika ini mesin buatan si ‘Begawan 4-tak’. Poros bubungan Blitz diatur berdurasi 280 derajat, diukur pada 1 milimeter dari bukaan klep. Lift dibuat 9,4 mm, baik in maupun ex. “Maaf, hal lain itu menjadi rahasia bengkel,” jujur Ibnu sambil berbisik.

Oooo... gitu! Jujur, ya?

KARBURATOR

1938hal6_blitz_ajie_07.jpgSekali lagi Asian GP punya regulasi agak beda. Tantangan buat Ibnu, ia harus menghilangkan kebiasaan memperbesar mulut karburator. Sebab, regulasi Asian GP memang melarang ubahan di karburator diameter venturi 24 mm.

Apesnya, Ibnu belum punya data kinerja mesin dengan bahan bakar yang disiapkan panitia. Jadi perlu waktu untuk jeting saat nanti di Sepang, 10-12 April. Cilakanya, ini mempengaruhi ketahanan mesin. Siasat Ibnu, nanti akan memperhatikan kondisi sirkuit. Mulai dari kelembaban dan temperatur. “Ya, mesti lihat ramalan cuaca di televisi lokal dan tanya orang setempat,” santai Ibnu.




DATA MODIFIKASI


Ban depan : IRC Razzo 166 90/80-17
Ban belakang : IRC Razzo 166 90/80-17
Pelek depan : Excel 1.60/17
Pelek belakang : Excel 1.60/17
CDI : Rextor Prodrag
Karburator : Mikuni TM 24mm
Sokbreker : Kitaco custom